TERUSIR

KUTIPAN SURAT MARIAH
Peresensi oleh  Ahmad Ferdiansyah




Judul Buku          : Terusir
Penulis                 : Hamka
Penerbit               : Gema Insani
Tahun Terbit        : 2016
Jumlah Halaman : 132 


    Aku tahu terlalu besar pengorbananmu dalam keluargamu lantaran memperistrikan aku, seseorang yang tidak sederajat denganmu. Hilangnya aku dalam keluargamu, berarti hilangnya suatu penyakit.
Demikian sedikit kutipan surat Mariah kepada Azhar, mantan suaminya. Isi surat Mariah yang panjang menjadi awalan kisah yang sangat menyayat hati pembaca. Azhar menemukan Mariah, istrinya, berada di dalam kamar. Di situ ada pula lelaki lain yaitu Hamzah. Tanpa menanyakan apapun Azhar mengusir Mariah. Mariah ingin menjelaskan bahwa Hamzah tiba-tiba saja masuk kamar, belum sempat bertanya sebab kaget, lalu Azhar dan ibunya serta adiknya juga masuk pula tak lama setelahnya. Azhar muntab. Ia menuduh Mariah berlaku curang. Lalu mengusirnya. Mariah pun berlari keluar hanya dengan baju di badan. 
    
    Kedua orang tua Mariah sudah tiada. Tidak punya sanak saudara. Mariah hanya tahu sahabat ayahnya yang dipanggilnya Pakcik. 3 hari ia menumpang di rumah Pakcik, Mariah diusir istri Pakcik karena ada kalung yang hilang. Ke sana kemari Mariah mencari pekerjaan, barulah ia mendapat pekerjaan sebagai pengasuh anak-anak orang Belanda. Dua bulan berikutnya keluarga Belanda itu pindah ke Jakarta. Mariah turut serta. Majikannya heran sebab Mariah sering melamun dan menangis tersedu-sedu jika sudah selesai tugasnya. Jika ditanya jawabnya, tidak apa-apa. Rupanya Mariah sangat merindukan anaknya, Sofyan. 
    
    Apakah Mariah dapat bertemu kembali dengan suami dan anaknya? Apakah Mariah menikah lagi? Bagaimana Sofyan setelah ibunya pergi? Sungguh piawai Hamka menyusun kata sehingga pembaca larut dalam emosi yang dalam. Sebagaimana judulnya Terusir, kisah di dalam novel ini memang didominasi oleh kisah Mariah yang selalu diusir. Karena kurangnya pengetahuan agama, Mariah terjerumus dalam dunia malam. Itupun tak lama sebab Mariah sering minum miras untuk melupakan kesedihannya merindukan anaknya nun jauh di Medan. 

    Novelnya tipis. Kronologi urut dan dikisahkan lewat beberapa cara seperti lewat surat Mariah, diskusi Azhar dan sahabatnya, dan rahasia yang diungkap Azhar menjelang ajalnya. Sedih banget pokoknya. Anak itu telah kedengaran berjaya hidupnya, ternama dan masyhur, meskipun keras keinginan saya menemuinya, hendak mencium keningnya, hendak melepaskan kecintaan ibu yang telah lama ingin bertemu, saya tahan hati saya karena jurang yang membatasi saya dan ia telah sangat dalam. Ia tidak boleh tahu siapa saya, ia tidak boleh tahu bahwa saya ibunya... Supaya hatinya tidak kecewa, supaya kebahagiaannya untuk zaman yang akan datang tidak terhalang, saya tidak mau begitu!
Orang melihat dengan tercengang. Setelah Master Sofyan mendekatinya, dipeluknya kepala anak muda itu seraya berkata sambil air matanya mengalir dengan lebat, “Ibu seorang miskin, Ibu tak membalas jasamu yang begitu besat kepadaku! Sudikah engkau kuberi upahan sebagai tanda mata yang dapat engkau ingat selama hidupmu? Yakni tanda mata yang sudah lama pula, sudah berpuluh tahun kusimpan untukmu.
”Tanda mata apakah itu Ibu?”
”Kalau Master suka, akan kuberikan tanda mata itu sekarang, sebelum aku menutup mata, yaitu ciuman seorang Ibu.”
Buat yang gak suka cerita sedih, jangan baca buku ini ya. Tapi kalo ingin melembutkan hati yang keras bila dinasehati, buku ini rekomendit buat dibaca. 
Kelebihan : Sangat menyentuh hati para pembaca, karena kata-kata dalam buku ini menarik untuk dibaca
Kekurangan : kata dalam buku ini ada yang sulit untuk dipahami

Komentar

Postingan Populer